Ketua DPRD Pati, Ali Badrudin. |
PATI – Wacana pendirian pabrik sepatu di Kecamatan Trangkil membuat khawatir masyarakat, khususnya petani. Sebab, mereka takut kehilangan lahan produktif mereka sebagai tempat mencari nafkah.
”Warga ingin kejelasan, rencana pembangunan pabrik itu benar ada atau tidak. Jawaban pihak DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu), sinyal itu ada, tapi perizinannya belum masuk. Kalau anggota dewan malah belum tahu,” jelas perwakilan warga Ahmad Sohan usai beraudiensi dengan DPRD Pati kemarin pagi.
Mereka ditemui pimpinan DPRD, Komisi B dan C, serta pihak eksekutif yang diwakili DPMPTSP. Sekelompok warga yang tergabung dalam Aliansi Petani dan Pemuda Peduli Lingkungan Kecamatan Trangkil itu, mendatangi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pati kemarin pagi.
Menurut Sohan, memang belum ada pemasangan tanda pembangunan pabrik, seperti patok. Namun, berdasarkan informasi awal yang pihaknya terima, pabrik sepatu tersebut diwacanakan akan dibangun di atas lahan tiga desa di Kecamatan Trangkil. Meliputi Desa Mojoagung, Tegalharjo, dan Pasucen.
”Warga keberatan kalau dibangun pabrik di situ (tiga desa, Red). Karena lahan masih produktif untuk ditanami tebu dan ketela. Ke depan kami bagaimana?” katanya dengan cemas.
Sementara itu, Ketua DPRD Pati Ali Badrudin mengatakan, setelah pihaknya berkomunikasi dengan DPMPTSP Pati, diketahui bahwa belum ada izin resmi terkait pembangunan pabrik di Trangkil oleh calon investor.
”Terkait perizinan, dari keterangan DPMPTSP lewatnya sistem OSS dari pusat. Daerah tinggal menindaklanjuti,” paparnya.
Terkait aduan dari masyarakat, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah eksekutif.
”Harapan masyarakat, kalau memang iya akan dibangun pabrik, mereka (investor, Red) bertemu dengan masyarakat langsung. Tapi, ada juga masyarakat yang menolak, karena lahannya masih produktif untuk pertanian. Hal ini akan kami komunikasikan dengan eksekutif,” jelas politikus PDI Perjuangan ini.
Ali menegaskan, pihaknya tidak antiterhadap investor. Justru senang dengan datangnya investor, karena bisa mengurangi angka pengangguran. Namun, dirinya mengimbau agar lahan yang digunakan untuk industri disesuaikan dengan peruntukan. Banyak lahan industri yang disediakan di Pati. Jumlahnya mencapai 5 ribu hektare lebih.
”Jumlah itu tidak sedikit. Bisa diarahkan ke lahan yang tidak produktif agar ada pemerataan tenaga kerja. Kalau lahan produktif dibuat pabrik, bisa mengurangi sekaligus menambah pengangguran. Di satu sisi industri menyerap pegawai, di sisi lain lahan produktif pertanian berkurang. Petani tidak punya lahan yang bisa digarap,” imbuhnya. (awe)
EmoticonEmoticon