![]() |
Sawah Terendam Banjir di Pati |
Pati – Kabupaten Pati diketahui sudah lama dikategorikan menjadi daerah yang berpotensi besar alami bencana. Bulan ini saja 6 kecamatan terendam banjir kategori sedang dan tinggi.
Bencana banjir selalu
menjadi momok bagi para petani karena dampaknya bisa menyebabkan kerusakan di
lahan pertanian.
Menilik
kondisi tersebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati berharap
program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dari pemerintah dapat menjadi
alternatif untuk pembagian risiko dalam usaha tani.
“Dari awal saya sudah
yakin akan asuransi pertanian itu Mas dan nyatanya benar kan Mas,” kata Anggota
Komisi A DPRD Pati itu saat dimintai pendapat terkait banjir di Pati, Selasa
(9/2/2021).
Berdasarkan ketentuan
melalui asuransi, bagi petani yang sawahnya terkena banjir dan diserang
organisme pengganggu tumbuhan (OPT) akan mendapatkan klaim (ganti) Rp6 juta per
hektare (ha). Padahal harga premi per ha per musim yang harus dibayar hanya
senilai Rp36 ribu.
Data Dispertan Pati menyebutkan di tahun 2020 program ini baru
bisa mengcover 4 kecamatan saja, PT Jasindo selaku penyelenggara tahun
2020 telah menutup kuota penerima karena alasan tertentu.
Empat kecamatan ini adalah
Dukuhseti, Gabus, Pati, dan Jakenan. Di Pati 426,21 ha sawah sudah memanfaatkan
program ini.
Warsiti berharap kuota ini
ditambahkan karena potensi banjir di Pati masih tinggi. Meski tidak bisa
mengcover seluruh kerugian setidaknya warga Pati mendapatkan ganti rugi atas
dampak bencana alam.
Ia juga berharap agar peserta
AUTP yang sawahnya saat ini terendam air banjir seluruhnya disetujui hal
klaimnya oleh PT Jasindo.
Selain mengandalkan
program asuransi dari pihak BUMN, harusnya Pemerintah Kabupaten Pati juga hadir
dalam menanggulangi gagal panen seperti ini melalui peraturan daerah (Perda).
“Untuk Raperda yang bisa
mengcounter itu kok belum ada ya Mas, kayaknya sih belum mas,” pungkas Warsiti.
(Adv)
EmoticonEmoticon