![]() |
Sayur - sayuran |
Pati – PSBB Jawa-Bali atau yang
saat ini diistilahkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada
11-25 Januari dikhawatirkan bisa berdampak negatif terhadap sektor ekonomi
khususnya komoditas sayur.
Berkaca pada PSBB tahap pertama
dan kedua di April 2020 lalu, harga sayur di pasar anjlok lantaran barang dari
daerah tidak bisa didistribusikan ke kota besar.
Anggota Komisi B Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Narso mengatakan ada strategi
yang bisa dilakukan petani untuk meminimalisir turunnya omset saat PPKM.
Dengan mengubah jam operasional
distribusi para pedagang dapat menghindari sayur tidak laku.
“Pengalaman kemarin awal
PSBB yang dihadapi petani adalah tutupnya pasar di malam hari, sehingga
kesulitan distribusi karena berlaku jam malam,” kata Narso, Jumat (8/1/2021).
“Apalagi di kota besar seperti
Jogja, Solo, Semarang tutup,” imbuh Narso.
Kepada pemerintah Kabupaten Pati,
Narso mengimbau agar lakukan sosialisasi kepada petani, pedagang hingga
pengepul terkait strategi distribusi komoditas ke kota lain saat PPKM.
“Kalau dari petani
pemerintah mungkin bisa sosialisasi ke petani dan pengepul melakukan
perdagangan pasar besar untuk mengubah pola distribusi atau waktu distribusi,”
imbau Narso.
Diketahui kebijakan PPKM hanya
diberlakukan dibeberapa wilayah Jawa dan Bali saja berdasarkan kriteria
yang ditetapkan oleh gubernur setempat.
Daerah-daerah di Provinsi Jawa
Tengah yang diberlakukan kebijakan ini adalah Semarang Raya, Banyumas Raya, dan
Kota Surakarta.(Adv).
EmoticonEmoticon