Warga Kudus Kembangkan Pompa Air Tanpa Listrik dan BBM

Wednesday, October 14, 2020
 POMPA HIDRAM: Hermawan memperlihatkan pompa hidram buatannya bersama komunias Sowac.

KUDUS–Krisis air bersih yang terjadi di sebagian Desa Cranggang, Kecamatan Dawe membuat Herwaman (35) berfikir keras, hingga muncul ide membuat sebuah pompa air sendiri agar tidak ketergantungan.

Namun pompa yang dibuatnya itu lebih inovatif yakni tanpa harus dialiri arus listrik maupun harus menggunakan bahan bakar minyak (BBM) agar mesin pompa tersebut berjalan.

Keberhasilan membuat pompa air itu, warga RT 4 RW 2 Dukuh Cranggang Kulon itu menjadi orang pertama di Kudus yang sukses mengembangkan teknologi baru tersebut.   

Dia mengungkapkan, ketertarikannya membuat pompa air bersih itu setelah melihat teknologi saluran irigasi di area persawahan di Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Wawan sapa akrab Hermawan, akhirnya beranikan diri mengadopsi teknologi itu dan diterapkan di kampungnya.  

‘’Teknologi hidram ini juga untuk mendukung upaya konservasi sungai yang sudah setahun ini saya giatkan,’’ ujar Wawan.

Menurutya, hasil karyanya itu cocok diterapkan di Desa Cranggang, khususnya di Dukuh Cranggang Kulon. Sebab Dukuh Cranggang Kulon masuk dalam kategori daerah dataran tinggi, tetapi jauh dari sumber mata air pegunungan.

‘’Untuk mendapatkan air bawah tanah, kami harus mengebur hingga kedalaman 150 meter lebih. Dan biaya untuk pengeboran cukup mahal,” katanya.

Selama ini, kata Wawan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat Cranggang Kulon menggantungkan pada sumber mata air di desa tetangga, yakni Desa Kajar dan Kuwukan. Air bersih itu disalurkan melalui pipa-pipa pralon yang mengular sepanjang dua sampai tiga kilometer.

Meski tidak semahal biaya pengeboran, warga juga masih merasa keberatan untuk memasang pipa pralon agar mendapat air bersih. Dibutuhkan anggaran sebesar Rp 50 juta untuk belanja dan biaya ongkos pemasangan pipa. Setelah itu, warga juga masih mengeluarkan biaya Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu per bulan untuk perawatan.

‘’Biaya pemasangan itu bersumber dari swadaya masyarakat,’’ tuturnya.

Dia berharap, keberadaan pompa hidram sejak Agustus 2020 itu, dapat memudahakan warga setempat mendapatkan air bersih. Selain itu, masyarakat juga tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup banyak lagi karena pompa hidram tidak menggunakan listrik maupun BBM.

‘’Diharapkan pompda hidram ini menjasi solusi bagi warga Dukuh Cranggang Kulon,’’ ujarnya.

Wawan mengakui, untuk mewujudkan pompa tersebut tidak mudah. Di awal perakitan, pompa tersebut hanya mampu menaikkan air setinggi 5 meter dari dasar sungai. Sehingga rumah warga yang berada sekitar 30 meter di atas sungai, tidak bisa teraliri.

Tetapi kegagalan uji coba, masih kata Wawan, tidak menyurutkan semangatnya. Ia bersama komunitas Solidaritas Warga Cranggang (Sowac) berusaha membuat pompa hidran secara mandiri. Dengan melihat video tutorial di youtube dan memanfaatkan barang-barang bekas, mereka membuat pompa hidram dengan diameter pipa 2 inch.

Pipa hasil rakitan mereka kemudian diuji coba dan berhasil menaikkan air sungai hingga ketinggian 10 meter dengan debit 5 liter per 10 detik. Tak puas sampai disitu, pihaknya merakit kembali pompa hidram dengan diameter input yang lebih besar yakni pipa 6 inch. Pompa hidram dengan pipa 6 inch itu berhasil menaikkan air sungai hingga ketinggian 80 meter vertikal dengan debit air mencapai 10 liter per detik.

‘’Ini yang kami rasa paling ideal. Tiga pompa dengan pipa 6 inch ini, saat ini mampu mengcukupi kebutuhan air bersih warga Dukuh Cranggang Kulon yang berjumlah sekitar 400 Kartu Keluarga,” tandasnya. (han/gus)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »