Kritik Pelayanan Disdukcapil, Warga Ngontel 35 Km

Tuesday, March 17, 2020
PENUHI NAZAR: Siti Nur Kayati menuntun sepedanya saat berada di kantor Pendopo Pati.
Siti Nur Kayati (34), warga Desa Kalikalong, Kecamatan Tayu harus ngontel sejuah 35 kilometer dari rumahnya hingga ke kantor Bupati Pati. Apa yang dilakukan Siti adalah untuk memenuhi nazarnya sekaligus untuk mengkritik kinerja Dinas Kependudukan  dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Pati.

Sebelumnya, Siti Nur Kayati mengunggah keluhanya di media sosial facebook terkait buruknya pelayanan di kantor Disdukcapil setempat.

Di salah satu group facebook Komunitas Asli Anak Pati ( KAAP) dengan akunnya "Anggun Naveena" Siti menuliskan kekesalanya karena dia menilai kinerja Disdukcapil Pati kinerjanya carut marut karena semua pelayanan dilakukan dalam satu kantor hingga warga tidak bisa terlayani dengan baik

"Carut marut capilll…. Bikin KK,akta,KTP tumplek bleg ne capil, tempat tidak memadai. mbok iya o tempat buat KK KTP akta dipisah Jen gak jubel.ungkep engap…. Sungguh mengecewakan. Ga ene nyaman²e babar blas,apalagi yg bawa balita kasihan sekali. smoga ada perubahan" (status facebook yang diunggah akun Anggun Naveena, pada 12 Maret lalu).

Pada unggahanya, Siti juga bernazar jika cuitannya di facebook itu mendapat
2.000 like dan komentar, maka dia akan ngontel dari rumah ke Kabupaten Pati untuk menemui Bupati guna menyampaikan keluhan tersebut.

Dan ternyata unggahan Siti menjadi viral dan mendapat komenter dan like dari ribuan pengguna facebook.

"Ternyata unggahan status saya jadi viral dan mendapat banyak tanggapan dari pengguna facebok. Karena itu saya hari ini (red_Selasa, 17 Maret ) memenuhi nazar saya," kata Siti.

Namun sayang, saat sampai di kantor Bupati Pati, Siti tidak bisa bertemu langsung dengan Bupati Haryanto, dia hanya  diterima oleh Kepala Dispendukcapil Pati Rubiyono beserta jajarannya di Ruang Asisten 1 Sekda Pati.

“Sebenarnya ingin langsung bertemu Bupati Haryanto, tapi karena kesibukan beliau saya tidak bisa bertemu," sesal Siti.

Saat bertemu dengan Kepala Disdukcapil Pati, Siti lalu menyampaikan semua keluhanya.

"Fungsinya kantor kecamatan itu apa, kok semua harus ke Dukcapil. Karena membludak, tempatnya jadi tidak ramah anak. Saya juga kasihan sama petugasnya, setiap hari harus melayani sebanyak itu,” keluh Siti.

Menanggapi keluhan itu, Rubiyono juga berterima kasih. Ia menilai hal ini bisa jadi masukan bagi pihaknya untuk berbenah.

“Memang keadaannya seperti itu. Daya tampung ruangan yang di dalam, yang ber-AC, cuma 160 orang. Sedangkan animo masyarakat sedemikian besar. Sehari yang datang bisa 500 sampai 600 orang,” ujarnya.

Melayani 23 produk administrasi kependudukan, lanjut Rubiyono, staf Dukcapil kerap bertugas melebihi jam kerja. Padahal pihaknya juga sudah membuka layanan online.

“Cuma, seperti tadi disampaikan Mbak Siti, mungkin tidak semua orang Pati punya android,” ucap dia.

Rubiyono mengakui, akibat kapasitas gedung yang tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang datang, kantor Dukcapil menjadi kurang ramah anak. Padahal, sebetulnya sudah ada tempat bermain anak dan ruang laktasi.

“Sebenarnya kami sudah merencanakan pada 2021 nanti pelayanan KTP dan KIA (Kartu Identitas Anak) bisa di masing-masing kecamatan.Namun rencana itu tidak bisa seketika diterapkan, karena perlu mempersiapkan sarana dan prasarananya,” tutup Rubiyono. (gus) 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »