Sulap Sampah Jadi Sumber Rezeki

Tuesday, October 08, 2019
PESTISIDA CAIR: Sekdin PKPLH Kabupaten Kudus Didik Tri Prasetya memamerkan produk pestisida cair, hasil olahan sampah daun dan sayur-sayuran atau limbah rumah tangga.
KUDUS - Persoalan sampah kini menjadi permaasalahan yang serius. Bukan saja karena volumenya yang semakin bertambah, namun juga karena kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dengan baik masih rendah.Hal itu diungkapkan Sekretaris Dinas PKPLH Kudus Didik Tri Prasetya saat membuka kegiatan pelatihan penguatan pengelolaan sampah melalui bank sampah dan kampung iklim di Pusat Belajar Guru (PBG) kemarin.

Dikatakannya, sebagai upaya mengurangi sampah di Kota Kudus, pihaknya harus melakukan operasi secara sembunyi-sembunyi untuk mengetahui warga mana saja yang masih suka membuang sampah di sungai. Seolah, sungai menjadi tempat pembuangan sampah yang layak bagi masyarakat.

"Warga rupanya memiliki jadwal tertentu saat membuang sampah di sungai. Pernah kita nyanggong (menunggui) dari jam 01.00 dinihari sampai pagi, tapi tidak dijumpai. Ternyata sudah membuang sampah selepas magrib,” tuturnya.

Tindakan nyata, Sambung Didik, juga sudah dilakukan dengan memberi sanksi kepada warga yang buang sampah sembarangan. Namun sejauh ini, sanksinya masih pada taraf tindak pidana ringan. Selain itu, program Pemkab Kudus untuk mengurangi konsumsi sampah plastik, juga sudah dijalankan. Rumah makan ataupun pasar modern, disebutnya semakin mengurangi sampah plastik.

‘’Ambil contoh warung makan, sekarang sudah berkurang sedotan plastiknya. Minimarket tidak ada lagi kantong plastik. Upaya ini yang saya yakin akan terwujud nantinya, menjadikan Kudus bebas sampah plastik,” ujarnya.

Tidak hanya itu, lanjutnya, membangun sebuah komunitas yang fokus terhadap pengelolaan sampah, juga menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa menjaga kebersihan lingkungan sangat penting. Termasuk membuat bank-bank sampah di lingkungan terkecil di masyarakat.

Sampai saat ini, kata Didik, sudah ada lebih dari 42 bank sampah di Kudus. Diakui, pembuatan bank sampah di Kudus belum merata di setiap kecamatan. Namun upaya masyarakat mengurangi dan mengelola sampah dengan baik sudah dibuktikan. Bahkan sebagian sudah ada yang berhasil secara profesional mengelola sampahnya.

"Sebagain warga sudah sadar, jika sampah juga bisa jadi rejeki. Jangan sampai jadi musibah,’’ tegasnya.

Diketahui, kegiatan pelatihan terkait pengelolaan sampah itu digelar sejak Senin-Selasa (7-8/10) kemarin. diikuti perwakilan masing-masing komunitas bank sampah dan aktivis lingkungan. Peserta diberi materi bagaimana mengelola sampah menjadi sumber rezeki.Turut hadir aktivis lingkungan, sekaligus penggiat komposter Heru Santoso dari Jakarta.

Salah satu peserta, Echa warga Megawon, Kecamatan Jati mengatakan, dia mengaku sebal dan kecewa ketika melihat ada warga yangsengaja membuang sampah di sungai. Mengingat saat musim hujan kampungnya menjadi banjir karena sungai di samping rumahnya tersumbat sampah.

"Kalau pas musim kemarau begini, bau karena limbah pabrik. Tapi masih saja ada warga yang seenaknya buang sampai ke sungai dekat rumah,” jelasnya.

Sementara aktivis lingkungan, Heru Santoso mengatakan, dari bahan-bahan sederhana yang ada, maka bisa dibuat hasil daur ulang sampah yang luar biasa. Misalnya sampah daun, sayur-sayuran yang ada di rumah, bisa dibuat kompos yang menghasilkan produk sampah cair.

"Hasilnya bisa untuk mengatasi sampah yang lebih besar. Dan ibu-ibu juga bisa melakukannya di rumah. Semua bisa. Asal kita mau. Sehingga untuk mewujudkan Kudus bebas sampah 2030 nanti, akan mudah dilakukan,’’pungkasnya. (han/lis)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »