Petani di Desa Bermi Panen Raya Ketela

Thursday, September 19, 2019
PANEN: Petani di Desa Bermi saat melakukan panen raya ketela.
PATI - Petani di Desa Bermi, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, melakukan panen raya ketela.  Kegiatan ini dikemas dengan konsep Famers Field Days (FFD) pada Senin (16/9) lalu. Kegiatan itu, dihadiri oleh para kelompok tani, Kepala Desa Bermi, Danramil, perwakilan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Pati, serta perwakilan dari beberapa kecamatan sekitar.

Kegiatan ini, juga  merupakan temu lapang  sebagai upaya untuk mengetahui seberapa besar ketela yang telah di tanam petani. Karena Desa Bermi merupakan  salah satu sentra ketela dan sebagai tolok ukur terkait kualitas dan permasalahan yang ada terkait pertanian ketela.

“Ada keluhan tentang kesetabilan harga. Ubi kayu ini merupakan produk di atur oleh pemerintah jadi tergantung kondisi pasar. Untuk ketela lokal Pati atau yang biasa disebut daplang, ini digunakan untuk tapioka. Terkait harga ketela, ada kaitannya dengan tapioka.. Jika ada impor juga harganya rendah dan berimbas harga beli pabrik terhadap petani,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Pati melalui Kabid Penyuluhan Didik Eka.

Di samping itu, pihaknya juga mendorong petani untuk meningkatkan hasil panen dengan kualitas yang baik. Pada aspek itu juga dibutuhkan sebuah kejujuran karena bersinggungan dengan repaksi. Jika masuk ke pabrik tapioka tentunya dengan harga yang layak.

“Ada beberapa hal yang berkaitan dengan pola tanam. Petani ini sebagai produsen, jadi harus menyesuaikan dengan konsumennya. Unuk ubi kayu ini agak unik, karena petani juga panen tidak hanya semata-mata dipengaruhi oleh teknis, jadi perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas dari tapioka sendiri,” imbuhnya.

Hubungannya dengan pola tanam, lanjut Didik jangan sampai dalam satu tahun lahan tidak ditanami. Kalau secara teknis memang tidak bisa ditanami, pihaknya menganjurkan untuk menanami komoditas lain. Terlebih terkait cuaca yang harus disiasati.

Terkait hari temu lapang yang dilakukan itu, pihaknya menyebut panen tersebut sebesar 43 kuwintal dari sasaran sebelumnya 40 kuwintal. Jadi itu melebihi sasaran awal. Selain itu Didik menyebut jika hasil panen perlu dizakati.

“Dari materi FFD tergantug dari situasi yang benar-benar menjadi perhatian bersama. Saya titip dua hal. Yang pertama adalah Zakat (hasil bumi) dan yang kedua agar memikirkan untuk generasi selanjutnya dalam rangka menjaga kesuburan tanah,” pungkasnya. (lis)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »