![]() |
PENTASKAN WAYANG: Dalang Ki Bowo Asmoro mementaskan wayang golek saat sedekah bumi di Desa Kudur, Kecamatan Winong, baru-baru ini. |
PATI - Tidak sedikit kesenian tradisional yang lahir dan berkembang di Pati. Kini, tinggal beberapa saja yang masih bertahan. Ketoprak dan wayang kulit merupakan sebagian kesenian tradisional yang terbilang masih eksis.
Pegiat dua jenis kesenian itu sumringah saat musim sedekah bumi, seperti saat ini. Tradisi bersih desa di hampir semua belahan Pati selalu menghadirkan ketoprak atau wayang kulit.
Apit dalam penanggalan Jawa merupakan bulan yang dimanfaatkan warga desa di Pati untuk menggelar acara syukuran dan berdoa bersama melalui sedekah bumi. Kebiasaan itu telah berjalan sejak lama, meneruskan tradisi yang diwariskan leluhur.
Kudur adalah satu dari 401 desa di Pati yang masih menjaga tradisi itu. Seperti daerah lain, desa yang masuk wilayah Kecamatan Winong tersebut juga menggelar bancakan dan kirab budaya dengan gunungan.
Namun, ada yang berbeda dari Kudur. Sedekah bumi di desa ini menampilkan wayang golek. Kebetulan, kesenian tradisional itu masih ada di wilayah setempat.
Dalang wayang golek Ki Bowo Asmoro mengemukakan, kesenian yang dibawakannya tidak setiap saat ditampilkan. Wayang golek Kudur hanya dipanggungkan saat bersih desa. Dia menyebutkan, wayang golek di Pati hanya tinggal di Kudur. Kesenian itu diwariskan leluhur mereka.
”Sebenarnya saya bukan warga asli sini. Akan tetapi, hati saya tergerak untuk ikut melestarikan wayang golek karena jarang yang tertarik menjaga keberadaannya,” ujarnya.
Wayang golek yang terbuat dari kayu memiliki detail menarik.Karakter di dalamnya berbeda dengan wayang golek Sunda, meskipun dari konstruksinya hampir sama. Wayang golek Kudur hanya tersisa seperangkat saja.
Di luar itu tidak ada. Pegiatnya juga tidak banyak. Sampai saat ini tidak ada pembuat wayang golek. Jika rusak, hanya diperbaiki karena sulit mencari ganti yang baru. ”Pementasannya hampir sama dengan wayang kulit.Namun perlu pelatihan khusus agar dapat memainkan secara mahir,” jelasnya.
Upaya regenerasi pun dilakukan. Hanya, Ki Bowo mengaku kesulitan mengajarkan secara intensif kepada generasi muda lantaran tidak memiliki perangkat wayang golek. (lis)
EmoticonEmoticon